Menikmati Pedalaman Baduy Dalam 5 - 6 Mei 2018



Goodbye Semalam, Gadget dan Listrik!


Salah satu checklist destinasi gue ditahun ini berhasil dicentang nih. Liburan enggak harus mahal dan melulu ketempat-tempat hits kekinian kan guys! Yep, weekend kemarin gue mengunjungi Baduy Dalam bareng Wuki Travel sebagai destinasi yang cukup asyik bersama 30-an orang lainnya. Singkat cerita, seminggu sebelumnya wacana gue adalah hiking ke Gunung Gede, Jawa Barat bersama empat orang lainnya. Dikarenakan satu dan lain hal, persiapan kita juga terbilang mepet, sehingga gue mencetuskan untuk mendaftarkan ke Open Trip Baduy Dalam ini.

Oh ya, Baduy itu sendiri sebenernya terbagi menjadi dua, yaitu Baduy Dalam dan Baduy Luar.

Baduy Dalam adalah salah satu etnis Sunda yang terletak di Lebak, Banten. Baduy Dalam sendiri terdiri dari 3 (tiga) Desa yaitu, Cikartawana, Cibeo, dan Cikeusik. Mata pencaharian utama mereka adalah bertani dan berladang. Suku Baduy Dalam memegang erat adat istiadat yang sudah turun temurun dari nenek moyang mereka. Peraturan mendasar yang dianut mereka antara lain, tidak menggunakan sarana tranportasi atau kendaraan, tidak menggunakan alas kaki, pintu rumah menghadap utara atau selatan, tidak menggunakan elektronik, berpakaian menggunakan kain hitam/putih yang dijahit atau ditenun sendiri.                                                                                                                                         




Apa yang membedakan Baduy Dalam dan Baduy Luar?
Dalam aktivitas sehari-harinya, Suku Baduy Luar menerima dan terpengaruh oleh budaya luar selain Baduy itu sendiri. Suku Baduy luar sudah terbiasa menggunakan elektronik, menggunakan sabun, dan menikah dengan suku diluar Baduy. Untuk hal berpakaian, Baduy Luar bisa menggunakan kaos oblong atau celana jeans. Kalau dilihat secara jelas dari penggunaan Ikat kepala. Baduy Dalam menggunakan ikat kepala berwarna putih. Sedangkan Baduy Luar menggunakan ikat kepala warna biru bermotif batik.


Apa Aja yang gue persiapkan?
1.    Budget (Biaya Open Trip Wuki Travel IDR 250,000 all in)
2.    Istirahat dan Doa yang Cukup (biar semuanya lancar kan guys!)
3.    Exercise 'Lari 2 Hari Sebelumnya' (+/- 5km)
4.    Untuk perlengkapan yang harus dibawa:
- Sepatu atau Sendal Gunung yang nyaman, gue pilih sandal gunung.
- Baju ganti secukupnya (minimal 2baju).
- Sarung/Selimut/Sleeping Bag (kalo gue jaket cukup nih, kebetulan pas disana lagi gak terlalu dingin. Tapi dimusim-musim tertentu dingin banget, jadi disarankan bawa aja ya guys)
- P3k (counterpain, koyo, tolak angin, autan, minyak angin) – Ini Wajib guys!
- Air Minum (selama diperjalanan dan dekat penginapan ada yang jualan)
- Cemilan atau makanan ringan (energi cukup terkuras, jadi wajib madu atau coklat)
- Jas Hujan (gue bawa jas hujan sekali pakai lebih enteng dan hemat pastinya)
- Ransel/Daypack maksimal 40L
- Trekking Pole (optional)
- Headlamp/Senter (wajib banget, apalagi pas malem sama sekali ga ada listrik nih)
- Sunblock
- Kacamata Hitam (optional)
- Topi (optional)
- Oleh-oleh untuk warga tempat kami menginap (kami membawa gula, garam, kopi, teh, dan sedikit cemilan)

Ini dia cerita perjalanan gue ke Pedalaman Baduy Dalam.


5 Mei 2018
Meeting Point: Stasiun Tanah Abang
Pukul: 07.00-07.30
Dari rombongan gue sendiri ada berlima orang (gue cewek sejati sendiri). Disini kami bertemu dengan Kak Yugo dan kak Niko sebagai Tour Leader perjalanan kami hari ini. Yang gue suka dari Open Trip adalah bertemu dengan temen-temen baru, dengan kisah mereka yang berbeda. Disini gue bisa belajar banyak dari mereka, semakin rame semakin banyak cerita yang bisa gue dapatkan dari perjalanan nanti.

Perjalanan Menuju ke Stasiun Rangkas Bitung (KRL Commuter Line).
Pukul: 07.30 – 10.00

Perjalanan Menuju ke Desa Ciboleger (1 Elf Lokal dan 2 Angkot Tambahan).
Pukul: 10.00 – 13.00
Perjalanan darat penuh lika-liku sampai beberapa rombongan kami ada yang mabok. Cuaca yang agak panas saat itu gak membuat gue kehilangan rasa excited gue buat trekking ke pedalaman kali ini.


Makan Siang di Desa Ciboleger, Persiapan untuk trekking ke Baduy Dalam yang sesungguhnya
Pukul: 13.00 – 14.00

Trekking ke Baduy Dalam
Pukul: 14.00 – 18.00 

Here We Go!

Perjalanan yang ditempuh ada yang nanjak, ada juga turunan. Tapak yang kami injak ada yang bebatuan, tangga, dan tanah liat. Kami dibagi jadi beberapa grup dan ada beberapa anak-anak Baduy yang membantu kita sebagai porter, membawa barang-barang (ini bagi yang mau dibantu dibawakan, jadi tidak dipaksakan).

Dari itin yang gue dapatkan destinasi yang kita lewati adalah pemandangan hutan, pohon-pohon tinggi, sungai, desa-desa yang kita lewati berupa rumah Baduy Luar dan Baduy Dalam, Lumbung Padi, Jembatan penghubung desa satu dan desa lainnya. Oh ya, kami menginap di Desa Cibeo namanya.

Baru setengah jam perjalanan, sinyal yang hilang pun menandakan kami akan segera menginjakkan kaki di pedalaman Baduy Dalam!

Jembatan Kayu
Lumbung Padi dan Hewan Ternak

Lumbung Padi


Konon katanya, padi hasil panen disana hanya boleh dikonsumsi oleh warga Suku Baduy saja atau untuk orang yang menginap disana dan tidak diperjualbelikan diluar Baduy. Selain itu, ada dua jembatan yang menjadi spot foto wajib saat orang berkunjung kesana, yaitu jembatan akar dan jembatan kayu.

Kami memasuki area Desa Baduy Dalam (No Camera, No Video = No Documentation)
Pukul: 18.00                                 

Karena gak ada dokumentasi, jadi dibagian ini gue akan banyak bercerita ya guys! Beberapa saat kami sampai, gerimis pun turun, kami singgah disalah satu rumah warga yang akan ditempati kami malam ini. Penginapan dibagi menjadi tiga rumah bersebelahan (satu rumah kurang lebih bisa menampung 10 orang). Kami bertemu dengan dua anak kembar dengan logat sunda yang kental, namina Zahra jeung Zahri. Anak-anak disana ternyata geulis dan karasep pisan euy. Sayang banget kami tidak diperbolehkan untuk mengambil foto selama di area tersebut.

Rumah Baduy Dalam dibangun mendasar oleh kayu dan dilapisi dengan lantai yang terbuat dari anyaman bambu. Sedangkan pada bagian atap rumah, serat ijuk atau daun pohon kelapa.

Kegiatan kami malam ini adalah bersantai sejenak, berganti pakaian, makan malam sederhana (menu malam ini: Nasi putih, Indomie, Telor Dadar, dan sambal mantap ulekan Ambu (ibu) yang punya rumah), ngobrol-ngobrol sama warga Baduy Dalam dengan sok-sokan pakai Basa Sunda (untung Tour Leader sama temen gue jago Basa Sunda hehehe)


6 Mei 2018
Lokasi: Desa Baduy Dalam
Pukul: 05.00

Gue kebangun pagi-pagi karena kebelet buang air kecil. Oh ya disini gak ada kamar mandi, jadi semuanya harus ke sungai, Berhubung masih subuh, gue dan beberapa temen-temen cewek melipir turun ke sungai pakai headlamp sebelum terang. HAHAHA, airnya dingin dan sejuk!

Foto ini adalah sungai di Baduy Luar, tapi kurang lebih hampir sama kayak di Baduy Dalam

Orang-orang disini tidurnya cepet, dan bangunnya pagi banget. Beberapa temen gue ada yang cuci muka dan mandi di sungai, gue duduk-duduk di depan rumah warga. Gue ketemu sama si Kembar kemarin (Zahra dan Zahri, yang maunya dipanggil Apok & Danang, entah kenapa mereka maunya dipanggil sebutan itu).

Sogokan gue adalah permen dan coklat, padahal mah gak dibolehin sering-sering makan manis takut sakit gigi, karena mereka gak sikat gigi pakai odol guys. Tapi nyatanya, anak-anak mau deketin kita dengan sogokan itu kan. Kata gue: Apok, Danang diuk kadieu teh, ayang permen nteu? Gitu ajah terus, yang penting trik ini cukup berhasil buat gue bisa momong ocah kali ini hehehe duh ganteng-ganteng banget, pengen dibawa pulang, anak-anak disini mirip orang Timur Tengah, putih-putih dan ngangenin gitu mereka.

Setelah siap-siap, dan sarapan jam 08.00 kami memberikan sedikit oleh-oleh ke ambu dan ayah yang punya rumah dan pamit untuk kembali melanjutkan destinasi ke Jembatan Akar, dan beberapa destinasi lainnya. Sampai Ketemu lagi ya Apok dan Danang!

Desa Baduy Dalam ke Baduy Luar via Jembatan Akar
Pukul: 08.00-11.30

Spot Wajib, Jembatan Akar


Jembatan lainnya sebagai akhir perjalanan kami kali ini.

Gue dapet pelajaran berharga banget selama disini. Gue belajar untuk bisa mengalihkan diri selama walaupun cuma semalam sama yang namanya gadget, update social media, lebih peka dengan dunia sekitar, bahwa ada manusia yang masih berdekatan dengan kita yang bisa hidup tanpa listrik, tanpa mengenal pendidikan, tanpa alas kaki, dan mereka sangat bisa bahagia dengan sederhana, menghargai kehidupan yang mereka jalani bersama keluarga, tetangga, dan sahabat mereka.


Akhir cerita, kami dan rombongan sampai kembali di Stasiun rangkas bitung sekitar jam4 sore. Para Tour Leader memeriksa kelengkapan rombongan, dan satupersatupun melanjutkan perjalanan kembali ke rumah masing-masing, membawa cerita ini agar sampai kepada kalian. Terima kasih, Baduy Dalam! Gue akan kesini lagi, kalian juga wajib kesini guys. Oh ya, kisah anak pedalaman Baduy Dalam ada dipostingan selanjutnya ya.


Open Trip Baduy DalamWuki Travel


Jangan Lupa Bahagia! #TanataStory

Comments

Post a Comment

Popular Posts